Halaman

Jumat, 08 Februari 2013

Jejak Apa Yang Akan Kau Tinggalkan?



Sungguh, Kamilah yang menghidupkan orang-orang yang mati, dan Kami-lah yang mencatat apa-apa yang mereka kerjakan dan bekas-bekas yang mereka (tinggalkan). Dan segala sesuatu kami kumpulkan dalam Kitab yang jelas (Lauh Mahfuzh). “(QS. YaaSiin: 12 )

Hidup adalah sebuah perjalan panjang yang sebenarnya singkat. Ia akan terus berjalan hingga tarikan nafas terakhir. Bab demi bab perjalanan hidup akan tergulir dan akhirnya akan tiba pada bab terakhir yakni bab kematian. Begitulah kelak ia akan bermuara pada al- Maut.

Tidak ada yang tau kapan al-Maut itu datang. Yang pasti ia adalah tamu terakhir yang akan datang dan memutuskan semua kelezatan yang pernah dikecap seorang hamba. Tidak hanya itu, kematian yang banyak orang lari darinya juga akan menjadi pemutus semua amalan seorang hamba di dunia.

Sudah sepatutnya bagi seorang muslim yang beriman kepada Allah dan hari akhir untuk selalu waspada. Siapapun dia, selama ia adalah makluk bernyawa pada hakekatnya ia telah mendapat vonis yang sama yakni vonis hukum mati. Perjalanan hidup kita adalah uluran waktu yang sangat berharga sebagai momen untuk kita berbenah juga momen untuk kita mempersiapkan bekal sebelum waktu pelaksanaan vonis mati itu tiba.

Maka tanyalah, bekal apa yang telah kau siapkan? Jejak apa yang telah kau tinggalkan? Walau pada kesimpulannya kita akan menemukan dua amalan sebagai jawaban dari pertanyaan diatas yakni kebaikankah atau keburkan. Masing-masing dari amalan tersebut akan memperoleh ganjaran setimpal. Jika dia kebaikan walaupun kecil kapasitasnya, tetap akan mendapat balasan dari Allah yakni jannatun na’im (syurga yang penuh dengan kenikmatan). Begitupun sebaliknya, jika ia adalah keburukan walaupun kapasitasnya kecil tetap Allah akan memberi balasan bi’sal mashiyr (seburuk-buruk tempat kembali) yakni nerka yang menyala-nyala. Na’udzubillahi min zalik.

Tanamlah kebaikan, agar kita tak menjadi rugi. Tinggalkanlah jejak (atsar) keshalehan, agar Allah ridha padamu dan Allah menjadikan penduduk langit juga penduduk bumi mencintaimu. Tak ada kerugian dengannya, bagi setiap pejuang kebaikan. Ia kelak akan menancapkan bendara kemenangannya di dunia dan akhirat. Ia kelak akan memanen hasilnya dengan hasil yang berlipat ganda. Sebab yang beruntung itu hanyalah milik orang-orang yang bertakwa kepada Allah subuhanahu a ta’ala.

Jejak-jejak kebaikan itu akan sangat bermanfaat bagi setiap hamba yang menggoreskannya. Jejak bermanfaat itu kelak akan menjadi amal jaariah untuknya saat nanti ia tak lagi di alam dunia. Tak hanya itu, saat nanti seorang hamba dihadapkan kepada Rabbul ‘Aalamiyn  Allah subuhanahu wa ta’ala jejak-jejak tersebut akan bersaksi untuknya. Bekas-bekas tersebut akan berbicara kepada Allah untuk mengabarkan kepada Sang Maha Perkasa akan apa saja yang telah dlakukan seorang hamba di atasnya selama menjalani hidup di dunia fana ini.

Lagi-lagi, betapa beruntungnya mereka yang melazimi kebeaikan. Amal jaariahnya terus ia panen pahalanya walau ia telah meninggal dan bekas-bekas yang ia tinggalkan di dunia ini akan menambah kabar kembira untuknya saat bersaksi di hadapan Allah subuhanahu wa ta’ala.

Duh, sungguh betapa ruginya. Adakah mereka mau berfikir? Mereka yang menjadikan dosa sebagai kebiasaannya. Mereka menjadikan hawa nafsu sebagai raja yang bertahta di hatinya. Mereka menjadikan keburukan sebagai bekas-bekas yang mereka lukiskan di kanfas kehidupannya. Kelak dihari pembalasan nanti mata mereka akan terbelalak, wajah mereka akan muram durja, hati mereka takut luar biasa. Tak ada amal jaariah sebab justru keburukan yang ia wariskan. Bekas-bekas di dunia pun tak membuatnya tenang, sebab ketika bekas-bekas itu bersaksi di hadapan Allah subuhanahu wa ta’ala tersingkaplah segala keburukan yang mereka kerjakan dan semakin menambah penderitaan mereka. Itulah kehinaan, buah dari keburukan yang ditanamnya.

Saudaruku... Jejak apa yang kau tinggalkan?

Wallahu Muwaffiq



Antang, 08 Februari 2013 M
Abdullah al-Buthony


Tidak ada komentar:

Posting Komentar