Halaman

Selasa, 09 Juli 2013

Menghidupkan Malam Ramadhan Dengan Shalat Tarawih

Shalat ini dinamakan tarawih yang artinya istirahat karena orang yang melakukan shalat tarawih beristirahat  setelah melaksanakan shalat empat raka’at. Shalat tarawih termasuk qiyamul lail atau shalat malam. Akan tetapi shalat tarawih ini dikhususkan di bulan Ramadhan. Jadi, shalat tarawih ini adalah shalat malam yang dilakukan di bulan Ramadhan. (Lihat Al Jaami’ li Ahkamish Sholah, 3/63 dan Al Mawsu’ah Al Fiqhiyyah Al Kuwaitiyyah, 2/9630)


Adapun shalat tarawih tidak disyariatkan untuk tidur terlebih dahulu dan shalat tarawih hanya khusus dikerjakan di bulan Ramadhan. Sedangkan shalat tahajjud menurut mayoritas pakar fiqih adalah shalat sunnah yang dilakukan setelah bangun tidur dan dilakukan di malam mana saja. (Al Mawsu’ah Al Fiqhiyyah Al Kuwaitiyyah, 2/9630)

Para ulama sepakat bahwa shalat tarawih hukumnya adalah sunnah (dianjurkan). Bahkan menurut Ahnaf, Hanabilah, dan Malikiyyah, hukum shalat tarawih adalah sunnah mu’akkad (sangat dianjurkan). Shalat ini dianjurkan bagi laki-laki dan perempuan. Shalat tarawih merupakan salah satu syi’ar Islam. (Al Mawsu’ah Al Fiqhiyyah Al Kuwaitiyyah, 2/9631)

Keutamaan Shalat Tarawih
Pertama, akan mendapatkan ampunan dosa yang telah lalu.
Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ قَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
“Barangsiapa melakukan qiyam Ramadhan karena iman dan mencari pahala, maka dosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni.” (HR. Bukhari no. 37 dan Muslim no. 759). Yang dimaksud qiyam Ramadhan adalah shalat tarawih sebagaimana yang dituturkan oleh An Nawawi. (Syarh Muslim, 3/101)

Senin, 08 Juli 2013

PENENTUAN HILAL DENGAN RU’YAH DAN HISAB

PENENTUAN HILAL DENGAN RU’YAH DAN HISAB
Ada beberapa istilah yang sering disebutkan ketika menjelang datangnya bulan Ramadhan, Syawwal dan Dzulhijjah, yaitu istilah ru’yah dan hisab. Memang banyak yang menyebutkan istilah tersebut, tetapi tidak banyak yang menjelaskan seluk beluk istilah tersebut, padahal masih banyak umat Islam yang belum mengetahuinya.
Tulisan ini membahas beberapa hal yang berkaitan dengan ru’yah dan hisab. Tujuan dibuatnya tulisan ini adalah semoga dapat menjadi satu dari banyak sumber referensi dalam memahami penentuan Hilal, sehingga semakin banyak umat Islam yang lebih memahami tentang ru’yah dan hisab. Sama halnya dengan produk-produk buatan manusia yang tidak sempurna, tulisan ini juga masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik, komentar, dan saran dari para pembaca untuk penulis sangat penulis harapkan. Semoga tulisan ini bermanfaat untuk kita semua.
A. Beberapa istilah yang berkaitan dengan penentuan Hilal serta pengertian dan penjelasannya
Beberapa istilah yang akan dibahas pada bab ini adalah Hilal, mathla, ru’yah, ijtima`, hisab, falak, dan irtifa`. Berikut ini rinciannya :
A.1. Hilal (هلال) = Awal Bulan
Bulan yang mengitari Bumi memiliki fase tersendiri dalam setiap putarannya selama 29-30 hari/bulan. Setiap fase memiliki tanda/bentuk tersendiri, seperti bulan baru, bulan sabit, setengah purnama, 3/4 purnama, purnama, bulan tua, bulan mati. Hilal termasuk suatu fase awal bulan yang dapat dilihat oleh seseorang, secara singkatnya Hilal adalah bulan sabit –yang pertama–. Pengertian secara lebih detilnya, Hilal adalah “bulan sabit pertama yang dapat teramati/terlihat di ufuk barat beberapa saat setelah maghrib/matahari terbenam1”. Waktu Hilal muncul dan terlihat berkisar antara 10-40 menit2, setelah itu bulan terbenam.

Rabu, 03 Juli 2013

MARHABAN YA RAMADHAN

Saudara-saudaraku, sebentar lagi akan datang tamu mulia menghampiri detik detik kehidupanmu, membawa serangkaian kabar gembira; setiap pahala amal ibadah dilipatgandakan, dosa-dosa diampuni, pintu pintu syurga dibuka sedang pintu-pintu neraka ditutup, syeitan dibelenggu, penghuni neraka dibebaskan, suatu ibadah dan qiyam menjadi pelebur dosa-dosa kita yang telah silam, ada satu malam dimana nilai ibadah pada malam itu melebihi nilai ibadah selama seribu bulan. RAMADHAN, itulah tamu mulia yang mengetuk pintu rumahmu.
Betapa beruntungnya hamba Allah yang didatangi tamu mulia ini, betapa mulianya seorang hamba yang mampu menyambut tamu ini dengan mensucikan diri dan beri’tikad kuat untuk merubah diri, menyambutnya dengan tuturkata dan perilaku yang mulia, menyajikan baginya jamuan terindah dengan menghadirkan tilawah dan tadabbur Al-Quran, menghadiahkan harta dan sumbangan. Barang siapa yang demikian, maka jikala tamu Ramdhan keluar meninggalkannya, dia akan menjadi seorang muslim yang mulia di hadapan Allah, suci bagaikan seorang bayi yang terlahir dari perut ibunya.